Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Kab. Langkat melaksanakan Kunjungan ke TBM Desa Lubuk Kertang Kec. Brandan Barat.

Tak Berkategori
TIM meninjau TBM Desa Lubuk Kertang kegiatan membaca
Tim DKPUS Kab. Langkat foto bersama dengan TBM
Tim mengunjungi kelompok UMKM Desa Lubuk Kertang

Dalam rangka menyahuti program kegiatan Perpusnas TPBIS (Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial ) Dinas Kearsipan dan perpustakaab abupaten Langkat yang dipimpin oleh bapak Drs. Rudi Kinandung, M.AP melakukan kunjungan ke Taman Bacaan Masyarakat TBM Desa Lubuk Kertang melakukan peninjauan langsung disaat kondisi pandemi Taman Bacaan Masyarakat  Desa Lubuk Kertang memfasilitasi edukasi anak-anak sekolah dasar  menimba ilmu disela waktu luang untuk tetap belajar walau wabah virus korona melanda.

Tim menyempatkan waktu untuk meninjau langsung kelompok UMKM Desa Lubuk Kertang melakukan wawancara dengan ketua pokja baca kelompok purun serasi yang juga binaan Pertamina EP Pangkalan Susu berharap hasil kerajinan mereka dapat dipasarkan seperi hasi kerajinan, anyaman purun, tas, topi dan kaper box not dll. tutur mereka.

Kondisi pandemi ini tentu saja sangat memprihatinkan. Berdasarkan indeks nasional, tingkat minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-data indeks tingkat membaca di negara-negara maju berkisar antara 0,45 hingga 0,62.

Merujuk pada hasil survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih ‘mau’ membaca buku secara serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia ini makin menyebabkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia hanya jalan di tempat (stagnan) dan cenderung mundur. Berdasarkan beberapa penelitian, penyebab rendahnya budaya baca ini karena masyarakat Indonesia lebih suka menonton televisi (TV), mendengarkan radio, dan bergelut pada dunia maya (internet dan media sosial) dibandingkan membaca buku. Istilahnya, masyarakat Indonesia lebih suka mengirim SMS atau BBM-an, Facebook-an atau Twitter-an dibandingkan membaca buku

Bila kondisi ini terus berlangsung dan tak diantisipasi sejak dini, maka kita tidak bisa berharap banyak pada mutu dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia